ILMU BAHAN PAKAN
Oleh:
RIZQY MUHAMAD YACOB
D1E010144
KELOMPOK 19
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
LABORATORIUM ILMU BAHAN MAKANAN TERNAK
PURWOKERTO
2013
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
ILMU BAHAN PAKAN
Oleh:
RIZQY MUHAMAD YACOB
D1E010144
KELOMPOK 19
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kurikuler dalam Mengikuti
Mata Kuliah Ilmu Bahan Pakan pada FakultasPeternakan
Universitas Jenderal Soedirman
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL
SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
LABORATORIUM ILMU BAHAN MAKANAN TERNAK
PURWOKERTO
2013
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
ILMU BAHAN PAKAN
Oleh :
RIZQY MUHAMAD YACOB
D1E010144
KELOMPOK 19
Diterima dan disetujui
Pada tanggal:………………………
Koordinator Asisten
CHRISTIAN ARDITA
NIM. D1E010024
|
Asisten Pendamping
YUDHISTIRA RAMADHANI
NIM. D1E010153
|
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan mengenai bahan baku pakan merupakan
salah satu unsur terpenting ( esensial )
untuk diperhatikan dalam penyusunan formulasi ransum karena hasilnya akan
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Oleh karena itu sebelum meramu
( formulasi ) dan mengolah bahan pakan menjadi bahan jadi, informasi yang
berhubungan dengan bahan pakan terlebih dahulu dipelajari. Berdasarkan
keragaman bahan pakan perlu diadakanya pengklasifikasian bahan pakan dan
penamaan bahan pakan.
Alam telah memberikan beragam bahan pakan
baik yang konvensional maupun yang baru dari hasil olahan industri pakan ataupun
pangan. Dari berbagai bahan pakan yang ada agar bahan pakan tersebut tidak
dikembari oleh bahan pakan yang lain untuk itu dilakukan pemberian nama bahan
pakan ( nomenklature ) baik hijauan ataupun lainnya. Kesulitan dalam
mengidentifikasi dengan cara pemberian nama kepada setiap bahan makanan dan
memberi kepastian bagi standardisasi internasional dalam menentukan bahan
makanan.
Nomenklatur juga perlu diketahui untuk memberi kejelasan tentang
identifikasi bahan makanan ternak. Pemberian tatanama internasional didasarkan
atas enam segi (fase) yaitu :
1. Asal
mula : nama ilmiah
2. Bagian
yang diberikan ternak
3. Proses
– proses dan perlakuan yang dialami
4. Tingkat
kedewasaan
5. Pemotongan
6.
Grade
Negara
indonesia merupakan negara agraris karena mempunyai berbagai jenis tanaman yang
melimpah dan berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan pakan ternak selain
hijauan, bahan pakan ternak yang lainnya adalah konsntrat. Bhan pakan ternak
sebagian besar terdiri dari produk pertumbuhan tanaman hanya sebagian kecil
yang terdiri dari bahan asal hewan. Banyak produk sampingan dari bahan makanan
manusia cocok untuk bahan pakan ternak disamping itu, berjalan dengan
perkembangan teknologi dalam memproses makanan, manusia, maka tambahan produk
sampingan akan dengan sendirinya meningkat. Apabila suatu pedoman pemberian
nama tidak dengan baik disiapkan untuk produk – produk tersebut, maka besar
kemungkinan keraguan akan timbul. Sehingga setiap bahan pakan perlu di beri
tatanama atau nomenklatur yang jelas sesuai dengan tatanama internasional.
Hijauan
adalah seluruh macam tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pakan. Terdapat beberapa
hijauan limbah pertanian, yaitu kelompok hijauan jerami, serelia, jerami
tanaman kacang-kacangan dalam hijauan umbi-umbian.Hijauan serelia umumnya
memiliki nilai kecernaan yang baik.
Alat dalam menganalisa bahan
makanan dimaksudkan sebagai pendukung langsung untuk melakukan suatu analisa.
Pengenalan alat dilakukan agar nantinya dapat mendukung acara praktikum seperti
analisis fisik, analisis kadar air, analisis kadar abu, analisis lemak kasar,
analisis protein kasar, analisis serat kasar, analisis ffa dan gross energi.
Metode yang digunakan untuk
mengetahui kualitas pakan adalah uji fisik, kimia, maupun uji mikroskopis. Secara umum sifat fisik bahan tergantung
dari jenis dan ukuran partikel bahan. Sekurang-kurangnya ada 6 sifat fisik
bahan yang penting yaitu berat jenis, sudut tumpukan, daya ambang, luas
permukaan spesifik, kerapatan tumpukan, dan kerapatan pemadatan tumpukan. Untuk
mengetahui sifat fisik suatu bahan maka perlu dilakukan uji fisik pada bahan
tertentu. Sehingga, mempermudah
penanganan, dalam pengangkutan, mempermudah pengolahan, menjaga hemoginitas dan
stabilitas saat pencampuran.
Sejak
awal abad ke-19 para sarjana Jerman telah merintis menganalisa bahan makanan,
antara lain oleh thaer pada tahun 1809. Kemudian oleh Hennberg dan Stohman (1860) yang berasal dari Weende
(nama kota di Jerman Timur) metode Thaer tersebut disempurnakan. Akhirnya
metode ini dikenal dengan nama Analisis Weende (Weende Proksimat Analysis). Analisis proksimat adalah analisis yang
mengurai bahan makanan terdiri atas nutrisis penyusun yaitu, air, protein
kasar, lemak kasar, serat kasar, BETN, dan abu.
Asam lemak bebas atau disebut FFA
ditentukan sebagai kandungan asam lemak yang terdapat paling banyak dalam
minyak tertentu. Lemak dan minyak secara praktis dapat menunjukan adanya FFA
pada bahan yang sudah diekstraksi dari bahan pakan tertentu. Sebagian besar asam
lemak mempunyai gugus kalori dan alifatik. Pengujian asam lemak bebas
dimaksudkan untuk mengetahui asam lemak yang terdapat dalam bahan tersebut,
sehingga dapat diketahui berapa lama
bahan pakan tersebut akan disimpan.
Energi total atau gross energy
makanan adalah jumlah energi kimia dalam makanan. Energi ini ditentukan dengan
mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diukur jumlah panas yang
dihasilkan. Panas ini diketahui sebagai energi total atau panas pembakaran dari
makanan. Energi bruto suatu bahan
dapat ditentukan dengan membakar sejumlah sampel sehingga diperoleh hasil
oksidasi yang berupa H2O,
karbondioksida dan energi.
Alat
yang digunakan untuk menentukan energi bruto suatu bahan pakan adalam bom
kalorimeter. Bom kalorimeter terdiri
atas suatu bejana tertutup dimana suatu bahan makanan tersebut dibakar. Bom
dimasukan kedalam tabung yang mengandung air yang menyerap panas dan ukur
jumlah panas ( kalori ) yang timbul.
Kenaikan suhu maksimum tersebut adalah penentuan energi bruto kalori bahan yang
dinalisis. Penentuan energi bruto menentukan jumlah energi kalori dalam
bahan baku pakan yang dianalisis.
1.2 Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Bahan Pakan dilaksanakan pada hari : Senin-Rabu,
6-9Oktober 2013 pukul 14.30 WIB s.d. selesai dan bertempat di Laboratorium Ilmu
Bahan Makanan Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman.
2.1 Tujuan
1.
Mengetahui
dan mengerti berbagai jenis hijauan dan konsentrat. Tekstur dari berbagai macam tanaman, sifat fisik
dari limbah pertanian dan kandungan masing-masing nutrisinya.
2.
Mengetahui
bagian-bagian dalam menentukan nama Nomenklature, baik hijauan maupun
konsentrat.
3.
Mengetahui
macam-macam alat beserta fungsinya dan cara penggunaannya.
4.
Mengetahui
cara uji fisik dan sifat-sifat fisik suatu bahan pakan.
5.
Mampu
menentukan kadar air, kadar abu, lemak kasar, protein kasar, BETN, serta serat
kasar.
6.
Mampu
menghitung kadar FFA suatu bahan pakan.
7. Mengetahui kandungan energi suatu bahan pakan.
2.2 Manfaat
1. Manfaat dari praktikum kali ini adalah agar praktikan
dapat memanfaatkan tanaman dan limbah pertanian disekitar sebagai bahan pakan
ternak.
2. Mengetahui sudut tumpukan pada setiap bahan pakan.
3. Mengetahui berat jenis pada setiap bahan pakan.
4. Mengetahui daya ambang pada setiap bahan pakan
5. Mengetahui luas permukaan spesifik pada setiap bahan
pakan yang sebanding dengan berat bahan pakan tersebut.
6. Mengetahui
kandungan gizi setiap bahan pakan untuk diberikan kepada ternak
7. Dapat
membedakan derajat keasaman bahan pakan yang disebabkan asam lemak bebas yang
menyebabkan bau tengik ketika dilakukan penyimpanan terlalu lama.
8. Praktikan dapat mengetahui dan menghitung gross energy dari bahan pakan.
3.1.Nomenklatur
Hijauan, Bahan Pakan dan Pengenalan Alat
Bahan makanan ternak adalah segala sesuatu yang dapat
dimakan oleh hewan dalam bentuk yang dapat dicerna seluruhnya atau
sebagiandaripadanya dan tidak mengganggu kesehatan hewan yang bersangkutan ( Lubis,1963). Sedangkan pengertian bahan pakan yang lebih
lengkap yaitu bahan bahan yang berasal dari pertanian, peternakan,maupun
perikanan yang diolah maupun tidak, yang mengandung unsur nutrisi dan atau
energi, yang tercerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan hewan
yang memakannya (Rahardjo, 2002).
Bahan pakan
ternak terdiri dari hijauan dan konsentrat, serta dapat digolongkan ke dalam
dua kelompok besar yaitu bahan pakan konvensional dan bahan pakan
inkonvensional. Hijauan pakan merupakan bahan pakan yang sangat mutlak
diperlukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif sepanjang taun dalam
sistem populasi ternak ruminansia ( Abdullah, 2005 ). Menurut Murni (2008)
bahan pakan kasar selain dari hijauan
segar juga dapat diperoleh dari pemanfaatan limbah. Limbah yang dimanfaatkan
sebagai bahan baku pakan berasal dari bagian-bagian tanaman/ hewan yang
dijadikan sebagai pakan kasar, sumber energi, sumber protein atau sumber
mineral.
Nomenklatur berisi tentang peraturan untuk pencirian atau
tatanama bahan pakan. Pencirian bahan pakan dirancang untuk memberi nama setiap
bahan pakan. Ciri-ciri bahan makanan dibedakan dan dipisahkan dengan
mengkhususkan dari kualitas bahan pangan yang dihubungkan dengan perbedaan
nilai gizinya. Pemberian nama bahan pakan secara Internasional meliputi 6
faset, yaitu : asal mula, bagian, proses, umur/ tingkat kedewasaan, defoliasi,
serta grade/ kandungan kualitas dari pabrik ( Hartati, ddk, 2002 ).
3.2.
Uji Fisik
Bahan
pakan yang diberikan kepada ternak sangat berpengaruh terhadap daya produksi
ternak tersebut.Uji ini untuk mencegah penggunaan bahan pakan yang berbahaya
bagi ternak. Bahan pakan mempunyai sifat fisik
yaitu sudut tumpukan, berat jenis, daya ambang, luas permukaaan
spesifik, kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan (Khalil, 1997).
Menurut Jaelani ( 2007 ), sifat fisik pakan adalah salah
satu faktor yang penting untuk diketahui. Keefisienan suatu penanganan,
pengolahan, dan penyimpnan, dalam industri pakan tidak hanya membutuhkan
informasi tentang komposisi kimia dan nilai nutrisi saja tetapi juga menyangkut
sifat fisik, sehingga kerugian akibat kesalahan penanganan bahan pakan dapat
dihindari.
Salah satu uji fisik menurut Mujnisa ( 2008 ), adalah
sudut tumpukan, yaitu sudut yang terbentuk jika suatu bahan dicurahkan pada
bidang datar melalui sebuah corong. Sudut ini merupakan kriteriaan kebebasan
bahan bergerak partikel dari suatu tumpukan bahan. Besarnya sudut tumpukan
dipengaruhi oleh ukuran partikel bahan, tekstur, berat jenis, kerapatan
tumpukan dan kadar bahan air. Ukuran partikel kecil maka akan membentuk sudut
tumpukan yang semakin besar. Pakan bentuk padat mempunyai sudut tumpukan
berkisar antara 20° sampai 50°.
Daya ambang merupakan jarak yang dapat ditempuh oleh
suatu partikel bahan jika dijatuhkan dari atas ke bawah selama jangka waktu
tertentu. Daya ambang berperan terhadap efisiensi pemindahan atau pengangkutan
yang menggunakan alat penghisap (pneumatio conveyor), pengisian silo
menggunakan gaya gravitasi jika suatu bahan punya daya ambang berbeda akan
terjadi pemisahan partikel (Khalil,
1997). Berat jenis merupakan perbandingan antara masa bahan terhadap volumenya,
satuannya adalah gr/ml. Berat jenis diukur dengan menggunakan hukum Archimedes
( Mujnisa, 2008 ). Berat jenis memegang peranan penting dalam berbagai proses
pengolahan, penanganan, dan pemyimpanan ( Jaelani, 2007 ). Serta berat jenis
berpengaruh terhadap hemoginitas penyebaran partikel dan stabilitas suatu
campuaran pakan. Ransum yang tersusun dari bahan pakan yang memiliki perbedaan
BJ cukup besar, akan menghasilkan campuran tidak stabil dan mudah terpisah
kembali ( Chung and Lee, 1995 ).
3.3.
Analisis
Proksimat
Analisis proksimat mulai dikembangkan oleh Wilhelm
Henneberg dan asistennya Stohman pada tahun 1960 di laboratorium Wende di
Jerman. Oleh karena itu analisis model ini dikenal juga dengan analisis Wendee.
Pada prinsipnya bahan pakan terdiri atas dua bagian yaitu air dan bahan kering
yang dapat diketahui melalui pemanasan pada suhu 105°C. Selanjutnya bahan
kering ini dapat dipisahkan antara kadar abu dan kadar bahan organik melalui
pembakaran dengan suhu 500°C ( Sutardi, 2012 ).
Sutardi ( 2012 ) menambahkan bahan organik dapat
dipisahkan menjadi komponen nitrogennya yang kemudian dihitung sebagai protein
dengan teknik kyeldahl dan bagian lainya adalah bahan organik tanpa nitrogen.
Bahn organik tanpa N dapat dipisahkan menjadi karbohidrat dan lemak.
Selanjutnya karbohidrat dapat dipisah menjadi serat kasar dan bahan ekstrak
tanpa nitrogen.
Bahan pakan mengandung zat-zat kimia yang secara umum
semua makanan mengandung air yang lebih banyak dari kandungan lain. Tinggi
rendahnya kadar air mempengaruhi kebutuhan hewan akan air minum. Banyaknya air
yang terkandung pada suatu bahan makanan dapat diketahui jika bahan tersebut
dipanaskan atau dikeringkan pada temperatur tertentu. Menurut Krishna ( 1980 ),
komponen air adalah air dan senyawa organik yang mudah menguap. Abu sendiri
terdiri dari unsur mineral, namun bervariasinya kombinasi unsur mineral dalam
bahan pakan asal tanaman menyebabkan abu tidak dapat dipakai sebagai indek
untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu.
3.4. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (FFA)
Penetapan asam lemak bebas berprinsip
bahwa lemak bebas yang terdapat paling banyak pada minyak tertentu. Dalam analisis
ini diperhitungkan banyaknya zat yang larut dalam basa atau asam di dalam
kondisi tertentu ( Sutardi, 2001). Analisis kimia untuk mengetahui asam lemak
bebas pada bahan pakan dilakukan dengan proses AOAC ( 1990 ).
Lemak lipida
adalah ester dari asam-asam lemak hydra alkohol yang didalamnya berupa zat-zat
yang tidak larut dalam air ( Tillman, 1984 ). Menurut Citrawidi ( 2012 ), enzim
lipase dapat memecahkan ikatan ester pada lemak dan gliserol. Salah satu bentuk
lemak yang terdapat pada tubuh adalah trigliserida. Trigliserida adalah suatu
ester gliserol, terbentuk dari tiga asam lemak dan gliserol. Trigliserida akan
dipecah oleh enzim lipase menjadi gliserol dan asam lemak lepas kedalam
pembuluh darah.
3.5. Gross Energy
Gross
Energy didefinisikan
sebagai energi yang dinyatakan dalam panas bila suatu zat dioksider secara
sempurna menjadi CO2 dan air. Tentu saja CO2 dan air ini
masih mengandung energi, akan tetapi dianggap mempunyai tingkat nol karena
hewan sudah tidak bisa memecah zat-zat melebihi CO2 dan air. Analisis
kimia untuk mendapatkan energi bruto bahan pakan menggunakan prosedur AOAC (
1990 ).
Menurut Rasyaf ( 1994 ), tinggi rendahnya
energi dipengaruhi oleh kandungan protein, karena protein berperan sekali
terhadap pertumbuhan sehingga mempengaruhi jumlah ransum yang masuk kedalam
tubuh. Nilai energi bruto suatu bahan pakan tergantung dari proporsi
karbohidrat, lemak, dan protein yang dikandung bahan pakan tersebut. Air dan
mineral tidak menyumbang energi pakan tersebut.
Sejumlah 4000 kkal energi bruto yang
dikandung oleh ransum pada umumnya sebanyak 2900 kkal dapat dimetabolisir oleh
ayam petelur dari jumlah 2300 kkal akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
pokok ( Amrullah, 2003 ). Menurut Rasyaf ( 1994 ), jumlah energi yang dapat
dimanfaatkan sewaktu ransum masuk dalam tubuh unggas tergantung pada komposisi
bahan makanan dan zat makanan dalam ransum, spesies, faktor genetik, umur, dan
kondisi lingkungan.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
5.1.1. Nomenklatur Hijauan Bahan Pakan dan Pengenalan Alat
5.1.1.1. Nomenklatur Hijauan Bahan Pakan
Tabel 1. Nomenklatur Hijauan Pakan
No.
|
Nama Ilmiah
|
Gambar
|
Bagian
|
Proses
|
Tk. kedewasaan
|
Defoliasi
|
Grade
|
Sumber
|
1.
|
Rumput Raja (Pennisetum purpuroides)
|
Aerial
|
Segar
|
Dewasa
|
40 hari
|
PK 8%-12%
SK 18%
|
Energi
| |
2.
|
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
|
Aerial
|
Segar
|
Dewasa
|
40 hari
|
PK 8-12%
BK 11-14%
|
Energi
| |
3.
|
Rumput Benggala (pannicum maximum)
|
Aerial
|
Segar
|
Dewasa
|
40-60 hari
|
PK 5,2%
SK 19 %
|
Energi
| |
4.
|
Setaria Lampung (Setaria splendida)
|
Daun
|
Segar
|
Dewasa
|
-
|
PK 6-7%
SK 42 %
|
Energi
| |
5.
|
Setaria Ancep (Setaria spachelata)
|
Daun
|
Segar
|
Dewasa dan muda
|
-
|
PK 12%
SK 18%
|
Energi
|
6.
|
Lamtoro (Leucaena glauca)
|
Daun
|
Dilayukan
|
Dewasa
|
-
|
PK 18-23%
SK 9-10%
|
Protein
|
|
7.
|
Kaliandra (Calliandra callothyrsus )
|
Daun
|
Dilayukan
|
Dewasa
|
-
|
PK 18-23%
SK 9-10 %
|
Protein
|
|
8.
|
Daun Dadap (Eritrina litospermae)
|
Daun
|
Dilayukan
|
Muda
|
-
|
PK 18%
SK 8%
|
Energi
|
|
9.
|
Rami ( Boehmeria nivea )
|
Daun
|
Dilayukan
|
Muda
|
-
|
PK24,3%
SK 8%
|
Energi
|
|
10.
|
Daun Waru ( Hibiscus tileateus )
|
Daun
|
Dilayukan
|
Muda
|
-
|
PK 16-17%
SK 7%
|
Energi
|
|
11.
|
Padi (Oryza sativa )
|
Aerial
|
Dikeringkan
|
Dewasa/Tua
|
100 hari
|
PK 3,4 %
SK 33,8%
|
Energi
|
|
12.
|
Daun Murbey (Morus indica L
|
Daun
|
Dilayukan
|
Muda
|
-
|
PK 15 %
|
Energi
|
|
13.
|
Pepaya (Carica papaya
|
Daun
|
Dilayukan
|
Muda dan dewasa
|
-
|
PK 9-12%
SK 3-4%
|
Energi
|
|
14.
|
Pisang (Musa paradisiaca
)
|
Daun
|
Dilayukan
|
Muda dan dewasa
|
-
|
PK 8,36%
SK 14%
|
Energi
|
|
15.
|
Gamal ( Glisirida maculata )
|
Daun
|
Segar
|
Dewasa
|
-
|
PK 12-14%
SK 14-16%
|
Protein
|
Tabel 2. Nomenklatur Bahan Pakan Konsentrat
No
|
Nama
|
Gambar
|
Asal
|
Proses
|
Sumber
|
Bagian
|
Grade
|
1.
|
Bungkil Kedelai
|
Kedelai
|
Digiling/Dipress
|
Protein
|
Biji
|
PK 42%
SK 6%
|
|
2.
|
Tepung Ikan
|
Ikan
|
Digiling,dikeringkan
|
Protein
|
Utuh
|
PK 61%
SK 5%
|
|
3.
|
Onggok
|
Singkong
|
Digiling, dipress, dikeringkan
|
Energi
|
Umbi ( tanpa kulit )
|
PK 2%
SK 10,8%
|
|
4.
|
Jagung pipilan
|
Jagung
|
Pipil, dijemur
|
Energi
|
Biji
|
PK 8,5% SK 2,5%
Vit.B
|
|
5.
|
Dedak Padi
|
Padi
|
Hasil penggilingan pertama
|
Energi
|
Kulit ari
|
PK 12 %
SK 11,0 %
|
|
6.
|
Tepung Limbah Soun
|
Ketela
|
Digiling, dikeringkan
|
Energi
|
Limbah pembuatan soun
|
Pk 20%
Sk 25%
|
|
7.
|
Tepung Cangkang Keong
|
Keong
|
Digiling, dikeringkan
|
Mineral
|
Cangkang
|
PK 15%
SK 0,08%
|
|
8.
|
Tepung Cangkang Kerang
|
Kerang
|
Digiling, dikeringkan
|
Mineral
|
Cangkang
|
PK 25-27%
|
|
9.
|
Tepung Kerabang telur
|
Kerabang Telur
|
Digiling, Dikeringkan
|
Mineral
|
Cangkang
|
PK 7,6%
SK 36,4%
Ca 18-20%
|
|
10.
|
Kapur
|
Batuan alam
|
Digiling, dikeringkan
|
Mineral
|
Batu-batuan
|
Vit.A
Ca 20-25%
|
|
11.
|
Fosfat alam
|
Batuan alam
|
Digiling
|
Mineral (fosfat)
|
Batu-batuan
|
Vit.B
Fosfat 60%
Ca 20-25%
|
|
12.
|
CuSO4
|
Batuan alam
|
Dipecahkan sampai halus
|
Mineral
|
Batu-batuan
|
Vit. B
|
|
13.
|
Molases
|
Tebu
|
Digiling/dipress
|
Energi
|
Batangnya
|
PK 4,2%
TDN 63%
Vit.B
|
|
14.
|
Feed Aditives
|
-
|
Dicampur, disintetis
|
Sumber Vitamin
|
Feed Aditives
|
Vit. A,D,E,K
|
|
15.
|
Millet
|
Tumbuhan Millet
|
Dikeringkan, dijemur
|
Energi
|
Biji-bijiannya
|
PK 12,6%
SK 2,4%
|
|
16.
|
Tepung Udang
|
Udang
|
Digiling, dikeringkan
|
Protein
|
Utuh
|
PK 22-23%
|
Tabel 3. Pengenalan Alat
No
|
Nama
|
Gambar
|
Fungsi
|
1.
|
Labu Erlenmeyer
|
Menampung larutan
|
|
2.
|
Becker Glass
|
Menampung larutan
|
|
3.
|
Gelas Ukur
|
Menampung dan mengukur larutan
|
|
4.
|
Tabung Reaksi
|
Untuk mereaksikan larutan
|
|
5.
|
Cawan Porselin
|
Menampung sampel saat dioven dan ditanur
|
|
6.
|
Corong Kaca
|
Menuangkan larutan
|
|
7.
|
Labu Didih
|
Untuk
menampungsampel/larutan diatas
kompor saat pemanasan
|
|
8.
|
Labu Kjedahl
|
Untuk menampung sampel pada analisis PK
|
|
9.
|
Spatulla
|
Untuk
mengambil Sampel
|
|
10.
|
Filler
|
Untuk mengambil/menyedot larutan
|
|
11.
|
Tang Penjepit
|
Untuk Mengambil Alat
|
|
12.
|
Tabung Soxhlet
|
Untuk
ekstraksi LK
|
|
13.
|
Buckhlet
|
Untuk pembakaran saat GE
|
|
14.
|
Pipet Tetes
|
Untuk Mengambil Larutan
|
|
15.
|
Pipet Ukur
|
Mengambil larutan dengan skala tertentu
|
|
16.
|
Pipet Seukuran
|
Mengambil larutan dengan volume tertentu
|
|
17.
|
Buret dan statif
|
Untuk
mentitrasi
|
|
18.
|
Timbangan Analitik
|
Menimbang Sampel
|
|
19.
|
Desikator
|
Menstabilkan Suhu
|
|
20.
|
Kertas saring
|
Untuk analisis SK, Membungkus Bahan
|
|
21.
|
Neraca O’hauss
|
Untuk menimbang
|
|
22.
|
Tanur
|
Untuk mengabukan
|
|
23.
|
Magnetik stirer
|
Mencampur larutan
|
|
24.
|
Destilator
|
Untuk mendestilasi
|
|
25.
|
Bom kalorimeter
|
Analisis GE
|
|
26.
|
Destruktor
|
Untuk mendestruksi
|
|
27.
|
Autoclave
|
Mensterilkan
|
|
28.
|
Kompor Llistrik
|
Memanaskan
|
|
29.
|
Kondensor
|
Mendinginkan dan menahan uap
|
|
30.
|
Waterbath
|
Memanaskan dan merefluk
|
|
31.
|
Oven
|
Menguapkan kadar air
|
|
32.
|
Pompa vaccum
|
Menyedot larutan yang ada diatasnya, ke
erlenmeyer
|
|
33.
|
Pus-pus tinju
|
Untuk menyimpan aquadest
|
5.1.2. Uji
Fisik Bahan Pakan
5.1.2.1.
Sudut Tumpukan
Sampel (X1) : 200 gram
Tinggi (t) : 7,5 cm
Diameter (d) : 19,5 cm
Tan α = 2t/d
Tan
α = (2 x 15) : 19,5
Tan α = 0,76
|
α = 37,230
|
5.1.2.2.
Berat Jenis/BJ (Density)
BA
(Berat
Tabung) = 114,7
gram
BB
(Berat
Tabung + dedak) =
143,6 gram
Bj = Berat (B - A) : Volume
=(143,6 - 114,7) : 100
= 0,289 gr/ml
5.1.2.3. Daya Ambang
DA
Jarak = 1 meter
t = 3,92 s
DA = 1/ 3,92 = 0,25 m/s
|
5.1.2.4. Luas Permukaan Spesifik
LPS
Berat = 1 gram
Luas = 33
LPS = Luas : Berat Sampel
= 33 cm2 : 1 gram
LPS = 33 cm2/gr
|
5.1.3.
Analisis Proksimat
5.1.3.1. Analisis Kadar Air
Berat cawan porselin (Y) = 19,87
gram
Berat sampel (X) = 2,02
gram
Berat Oven (Z) =
21,70
gram
KA = (X + Y - Z) / Y x 100 %
Tidak ada komentar:
Posting Komentar