Rabu, 28 Januari 2015

Laporan Ilmu Bahan Pakan Rizqy M

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
ILMU BAHAN PAKAN








  


                                
Oleh:
RIZQY MUHAMAD YACOB
D1E010144
KELOMPOK 19











KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
LABORATORIUM ILMU BAHAN MAKANAN TERNAK
PURWOKERTO

2013




LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
ILMU BAHAN PAKAN









Oleh:
RIZQY MUHAMAD YACOB
D1E010144
KELOMPOK 19





Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kurikuler dalam Mengikuti Mata Kuliah Ilmu Bahan Pakan pada FakultasPeternakan
Universitas Jenderal Soedirman









KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
LABORATORIUM ILMU BAHAN MAKANAN TERNAK
PURWOKERTO
2013








LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
ILMU BAHAN PAKAN











Oleh :
RIZQY MUHAMAD YACOB
D1E010144
KELOMPOK 19












Diterima dan disetujui
Pada tanggal:………………………





Koordinator Asisten                                                                      



   
CHRISTIAN ARDITA
NIM. D1E010024
   Asisten Pendamping





YUDHISTIRA RAMADHANI
NIM. D1E010153






 I. PENDAHULUAN


1.1       Latar Belakang
            Pengetahuan mengenai bahan baku pakan merupakan salah satu unsur terpenting ( esensial ) untuk diperhatikan dalam penyusunan formulasi ransum karena hasilnya akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Oleh karena itu sebelum meramu ( formulasi ) dan mengolah bahan pakan menjadi bahan jadi, informasi yang berhubungan dengan bahan pakan terlebih dahulu dipelajari. Berdasarkan keragaman bahan pakan perlu diadakanya pengklasifikasian bahan pakan dan penamaan bahan pakan.
          Alam telah memberikan beragam bahan pakan baik yang konvensional maupun yang baru dari hasil olahan industri pakan ataupun pangan. Dari berbagai bahan pakan yang ada agar bahan pakan tersebut tidak dikembari oleh bahan pakan yang lain untuk itu dilakukan pemberian nama bahan pakan ( nomenklature ) baik hijauan ataupun lainnya. Kesulitan dalam mengidentifikasi dengan cara pemberian nama kepada setiap bahan makanan dan memberi kepastian bagi standardisasi internasional dalam menentukan bahan makanan.
Nomenklatur juga perlu diketahui untuk memberi kejelasan tentang identifikasi bahan makanan ternak. Pemberian tatanama internasional didasarkan atas enam segi (fase) yaitu :
1.      Asal mula : nama ilmiah
2.      Bagian yang diberikan ternak
3.      Proses – proses dan perlakuan yang dialami
4.      Tingkat kedewasaan
5.      Pemotongan
6.      Grade
Negara indonesia merupakan negara agraris karena mempunyai berbagai jenis tanaman yang melimpah dan berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan pakan ternak selain hijauan, bahan pakan ternak yang lainnya adalah konsntrat. Bhan pakan ternak sebagian besar terdiri dari produk pertumbuhan tanaman hanya sebagian kecil yang terdiri dari bahan asal hewan. Banyak produk sampingan dari bahan makanan manusia cocok untuk bahan pakan ternak disamping itu, berjalan dengan perkembangan teknologi dalam memproses makanan, manusia, maka tambahan produk sampingan akan dengan sendirinya meningkat. Apabila suatu pedoman pemberian nama tidak dengan baik disiapkan untuk produk – produk tersebut, maka besar kemungkinan keraguan akan timbul. Sehingga setiap bahan pakan perlu di beri tatanama atau nomenklatur yang jelas sesuai dengan tatanama internasional.
Hijauan adalah seluruh macam tanaman yang dapat dimanfaatkan  sebagai sumber pakan. Terdapat beberapa hijauan limbah pertanian, yaitu kelompok hijauan jerami, serelia, jerami tanaman kacang-kacangan dalam hijauan umbi-umbian.Hijauan serelia umumnya memiliki nilai kecernaan yang baik.
             Alat dalam menganalisa bahan makanan dimaksudkan sebagai pendukung langsung untuk melakukan suatu analisa. Pengenalan alat dilakukan agar nantinya dapat mendukung acara praktikum seperti analisis fisik, analisis kadar air, analisis kadar abu, analisis lemak kasar, analisis protein kasar, analisis serat kasar, analisis ffa dan gross energi.
     Metode yang digunakan untuk mengetahui kualitas pakan adalah uji fisik, kimia, maupun uji mikroskopis. Secara umum sifat fisik bahan tergantung dari jenis dan ukuran partikel bahan. Sekurang-kurangnya ada 6 sifat fisik bahan yang penting yaitu berat jenis, sudut tumpukan, daya ambang, luas permukaan spesifik, kerapatan tumpukan, dan kerapatan pemadatan tumpukan. Untuk mengetahui sifat fisik suatu bahan maka perlu dilakukan uji fisik pada bahan tertentu.  Sehingga, mempermudah penanganan, dalam pengangkutan, mempermudah pengolahan, menjaga hemoginitas dan stabilitas saat pencampuran.  
Sejak awal abad ke-19 para sarjana Jerman telah merintis menganalisa bahan makanan, antara lain oleh thaer pada tahun 1809. Kemudian oleh Hennberg dan Stohman (1860) yang berasal dari Weende (nama kota di Jerman Timur) metode Thaer tersebut disempurnakan. Akhirnya metode ini dikenal dengan nama Analisis Weende (Weende Proksimat Analysis). Analisis proksimat adalah analisis yang mengurai bahan makanan terdiri atas nutrisis penyusun yaitu, air, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, BETN, dan abu.
Asam lemak bebas atau disebut FFA ditentukan sebagai kandungan asam lemak yang terdapat paling banyak dalam minyak tertentu. Lemak dan minyak secara praktis dapat menunjukan adanya FFA pada bahan yang sudah diekstraksi dari bahan pakan tertentu. Sebagian besar asam lemak mempunyai gugus kalori dan alifatik. Pengujian asam lemak bebas dimaksudkan untuk mengetahui asam lemak yang terdapat dalam bahan tersebut, sehingga dapat diketahui berapa lama  bahan pakan tersebut akan disimpan.
     Energi total atau gross energy makanan adalah jumlah energi kimia dalam makanan. Energi ini ditentukan dengan mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diukur jumlah panas yang dihasilkan. Panas ini diketahui sebagai energi total atau panas pembakaran dari makanan. Energi bruto suatu bahan dapat ditentukan dengan membakar sejumlah sampel sehingga diperoleh hasil oksidasi yang berupa H2O, karbondioksida dan energi.
             Alat yang digunakan untuk menentukan energi bruto suatu bahan pakan adalam bom kalorimeter.  Bom kalorimeter terdiri atas suatu bejana tertutup dimana suatu bahan makanan tersebut dibakar. Bom dimasukan kedalam tabung yang mengandung air yang menyerap panas dan ukur jumlah panas ( kalori )  yang timbul. Kenaikan suhu maksimum tersebut adalah penentuan energi bruto kalori bahan yang dinalisis. Penentuan energi bruto menentukan jumlah energi kalori dalam bahan baku pakan yang dianalisis.
1.2       Waktu dan Tempat
Praktikum Ilmu Bahan Pakan dilaksanakan pada hari : Senin-Rabu, 6-9Oktober 2013 pukul 14.30 WIB s.d. selesai dan bertempat di Laboratorium Ilmu Bahan Makanan Ternak Fakultas Peternakan, Universitas Jenderal Soedirman.







2.1 Tujuan
1.      Mengetahui dan mengerti berbagai jenis hijauan dan konsentrat. Tekstur dari berbagai macam tanaman, sifat fisik dari limbah pertanian dan kandungan masing-masing nutrisinya.
2.      Mengetahui bagian-bagian dalam menentukan nama Nomenklature, baik hijauan maupun konsentrat.
3.      Mengetahui macam-macam alat beserta fungsinya dan cara penggunaannya.
4.      Mengetahui cara uji fisik dan sifat-sifat fisik suatu bahan pakan.
5.      Mampu menentukan kadar air, kadar abu, lemak kasar, protein kasar, BETN, serta serat kasar.
6.      Mampu menghitung kadar FFA suatu bahan pakan.
7.      Mengetahui kandungan energi suatu bahan pakan.
2.2 Manfaat
1. Manfaat dari praktikum kali ini adalah agar praktikan dapat memanfaatkan tanaman dan limbah pertanian disekitar sebagai bahan pakan ternak.
2. Mengetahui sudut tumpukan pada setiap bahan pakan.
3.  Mengetahui berat jenis pada setiap bahan pakan.
4.  Mengetahui daya ambang pada setiap bahan pakan
5. Mengetahui luas permukaan spesifik pada setiap bahan pakan yang sebanding dengan berat bahan pakan tersebut.
6.  Mengetahui kandungan gizi setiap bahan pakan untuk diberikan kepada ternak
7.  Dapat membedakan derajat keasaman bahan pakan yang disebabkan asam lemak bebas yang menyebabkan bau tengik ketika dilakukan penyimpanan terlalu lama.
8.  Praktikan dapat mengetahui dan menghitung gross energy dari bahan pakan.


3.1.Nomenklatur Hijauan, Bahan Pakan dan Pengenalan Alat
Bahan makanan ternak adalah segala sesuatu yang dapat dimakan oleh hewan dalam bentuk yang dapat dicerna seluruhnya atau sebagiandaripadanya dan tidak mengganggu kesehatan hewan yang bersangkutan ( Lubis,1963).  Sedangkan pengertian bahan pakan yang lebih lengkap yaitu bahan bahan yang berasal dari pertanian, peternakan,maupun perikanan yang diolah maupun tidak, yang mengandung unsur nutrisi dan atau energi, yang tercerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan hewan yang memakannya (Rahardjo, 2002).
   Bahan pakan ternak terdiri dari hijauan dan konsentrat, serta dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar yaitu bahan pakan konvensional dan bahan pakan inkonvensional. Hijauan pakan merupakan bahan pakan yang sangat mutlak diperlukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif sepanjang taun dalam sistem populasi ternak ruminansia ( Abdullah, 2005 ). Menurut Murni (2008) bahan pakan kasar selain dari  hijauan segar juga dapat diperoleh dari pemanfaatan limbah. Limbah yang dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan berasal dari bagian-bagian tanaman/ hewan yang dijadikan sebagai pakan kasar, sumber energi, sumber protein atau sumber mineral. 
Nomenklatur berisi tentang peraturan untuk pencirian atau tatanama bahan pakan. Pencirian bahan pakan dirancang untuk memberi nama setiap bahan pakan. Ciri-ciri bahan makanan dibedakan dan dipisahkan dengan mengkhususkan dari kualitas bahan pangan yang dihubungkan dengan perbedaan nilai gizinya. Pemberian nama bahan pakan secara Internasional meliputi 6 faset, yaitu : asal mula, bagian, proses, umur/ tingkat kedewasaan, defoliasi, serta grade/ kandungan kualitas dari pabrik ( Hartati, ddk, 2002 ).

3.2.      Uji Fisik
Bahan pakan yang diberikan kepada ternak sangat berpengaruh terhadap daya produksi ternak tersebut.Uji ini untuk mencegah penggunaan bahan pakan yang berbahaya bagi ternak. Bahan pakan mempunyai sifat fisik  yaitu sudut tumpukan, berat jenis, daya ambang, luas permukaaan spesifik, kerapatan tumpukan dan kerapatan pemadatan tumpukan (Khalil, 1997).
Menurut Jaelani ( 2007 ), sifat fisik pakan adalah salah satu faktor yang penting untuk diketahui. Keefisienan suatu penanganan, pengolahan, dan penyimpnan, dalam industri pakan tidak hanya membutuhkan informasi tentang komposisi kimia dan nilai nutrisi saja tetapi juga menyangkut sifat fisik, sehingga kerugian akibat kesalahan penanganan bahan pakan dapat dihindari.  
Salah satu uji fisik menurut Mujnisa ( 2008 ), adalah sudut tumpukan, yaitu sudut yang terbentuk jika suatu bahan dicurahkan pada bidang datar melalui sebuah corong. Sudut ini merupakan kriteriaan kebebasan bahan bergerak partikel dari suatu tumpukan bahan. Besarnya sudut tumpukan dipengaruhi oleh ukuran partikel bahan, tekstur, berat jenis, kerapatan tumpukan dan kadar bahan air. Ukuran partikel kecil maka akan membentuk sudut tumpukan yang semakin besar. Pakan bentuk padat mempunyai sudut tumpukan berkisar antara 20° sampai 50°.
Daya ambang merupakan jarak yang dapat ditempuh oleh suatu partikel bahan jika dijatuhkan dari atas ke bawah selama jangka waktu tertentu. Daya ambang berperan terhadap efisiensi pemindahan atau pengangkutan yang menggunakan alat penghisap (pneumatio conveyor), pengisian silo menggunakan gaya gravitasi jika suatu bahan punya daya ambang berbeda akan terjadi pemisahan partikel  (Khalil, 1997). Berat jenis merupakan perbandingan antara masa bahan terhadap volumenya, satuannya adalah gr/ml. Berat jenis diukur dengan menggunakan hukum Archimedes ( Mujnisa, 2008 ). Berat jenis memegang peranan penting dalam berbagai proses pengolahan, penanganan, dan pemyimpanan ( Jaelani, 2007 ). Serta berat jenis berpengaruh terhadap hemoginitas penyebaran partikel dan stabilitas suatu campuaran pakan. Ransum yang tersusun dari bahan pakan yang memiliki perbedaan BJ cukup besar, akan menghasilkan campuran tidak stabil dan mudah terpisah kembali ( Chung and Lee, 1995 ).

3.3.      Analisis Proksimat
Analisis proksimat mulai dikembangkan oleh Wilhelm Henneberg dan asistennya Stohman pada tahun 1960 di laboratorium Wende di Jerman. Oleh karena itu analisis model ini dikenal juga dengan analisis Wendee. Pada prinsipnya bahan pakan terdiri atas dua bagian yaitu air dan bahan kering yang dapat diketahui melalui pemanasan pada suhu 105°C. Selanjutnya bahan kering ini dapat dipisahkan antara kadar abu dan kadar bahan organik melalui pembakaran dengan suhu 500°C ( Sutardi, 2012 ).
Sutardi ( 2012 ) menambahkan bahan organik dapat dipisahkan menjadi komponen nitrogennya yang kemudian dihitung sebagai protein dengan teknik kyeldahl dan bagian lainya adalah bahan organik tanpa nitrogen. Bahn organik tanpa N dapat dipisahkan menjadi karbohidrat dan lemak. Selanjutnya karbohidrat dapat dipisah menjadi serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen.
Bahan pakan mengandung zat-zat kimia yang secara umum semua makanan mengandung air yang lebih banyak dari kandungan lain. Tinggi rendahnya kadar air mempengaruhi kebutuhan hewan akan air minum. Banyaknya air yang terkandung pada suatu bahan makanan dapat diketahui jika bahan tersebut dipanaskan atau dikeringkan pada temperatur tertentu. Menurut Krishna ( 1980 ), komponen air adalah air dan senyawa organik yang mudah menguap. Abu sendiri terdiri dari unsur mineral, namun bervariasinya kombinasi unsur mineral dalam bahan pakan asal tanaman menyebabkan abu tidak dapat dipakai sebagai indek untuk menentukan jumlah unsur mineral tertentu.
3.4.      Analisis Kadar Asam Lemak Bebas (FFA)
Penetapan asam lemak bebas berprinsip bahwa lemak bebas yang terdapat paling banyak pada minyak tertentu. Dalam analisis ini diperhitungkan banyaknya zat yang larut dalam basa atau asam di dalam kondisi tertentu ( Sutardi, 2001). Analisis kimia untuk mengetahui asam lemak bebas pada bahan pakan dilakukan dengan proses AOAC ( 1990 ).
Lemak lipida adalah ester dari asam-asam lemak hydra alkohol yang didalamnya berupa zat-zat yang tidak larut dalam air ( Tillman, 1984 ). Menurut Citrawidi ( 2012 ), enzim lipase dapat memecahkan ikatan ester pada lemak dan gliserol. Salah satu bentuk lemak yang terdapat pada tubuh adalah trigliserida. Trigliserida adalah suatu ester gliserol, terbentuk dari tiga asam lemak dan gliserol. Trigliserida akan dipecah oleh enzim lipase menjadi gliserol dan asam lemak lepas kedalam pembuluh darah.
3.5.      Gross Energy
Gross Energy didefinisikan sebagai energi yang dinyatakan dalam panas bila suatu zat dioksider secara sempurna menjadi CO2 dan air. Tentu saja CO2 dan air ini masih mengandung energi, akan tetapi dianggap mempunyai tingkat nol karena hewan sudah tidak bisa memecah zat-zat melebihi CO2 dan air. Analisis kimia untuk mendapatkan energi bruto bahan pakan menggunakan prosedur AOAC ( 1990 ).
Menurut Rasyaf ( 1994 ), tinggi rendahnya energi dipengaruhi oleh kandungan protein, karena protein berperan sekali terhadap pertumbuhan sehingga mempengaruhi jumlah ransum yang masuk kedalam tubuh. Nilai energi bruto suatu bahan pakan tergantung dari proporsi karbohidrat, lemak, dan protein yang dikandung bahan pakan tersebut. Air dan mineral tidak menyumbang energi pakan tersebut.
Sejumlah 4000 kkal energi bruto yang dikandung oleh ransum pada umumnya sebanyak 2900 kkal dapat dimetabolisir oleh ayam petelur dari jumlah 2300 kkal akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok ( Amrullah, 2003 ). Menurut Rasyaf ( 1994 ), jumlah energi yang dapat dimanfaatkan sewaktu ransum masuk dalam tubuh unggas tergantung pada komposisi bahan makanan dan zat makanan dalam ransum, spesies, faktor genetik, umur, dan kondisi lingkungan.


V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1.      Hasil
5.1.1.   Nomenklatur Hijauan Bahan Pakan dan Pengenalan Alat
5.1.1.1.    Nomenklatur Hijauan Bahan Pakan
Tabel 1.    Nomenklatur Hijauan Pakan
No.
Nama Ilmiah
Gambar
Bagian
Proses
Tk. kedewasaan
Defoliasi
Grade
Sumber
1.
Rumput Raja (Pennisetum purpuroides)
Aerial
Segar
Dewasa
40 hari
PK 8%-12%
SK 18%
Energi
2.
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)
Aerial
Segar
Dewasa
40 hari
PK 8-12%
BK 11-14%
Energi
3.
Rumput Benggala (pannicum maximum)
Aerial
Segar
Dewasa
40-60 hari
PK 5,2%
SK 19 % 
Energi
4.
Setaria Lampung (Setaria splendida)
Daun
Segar
Dewasa
-
PK 6-7%
SK 42 %
Energi
5.
Setaria Ancep (Setaria spachelata)
Daun
Segar
Dewasa dan muda
-
PK 12%
SK 18%
Energi



6.
Lamtoro (Leucaena glauca)



Daun
Dilayukan
Dewasa
-
PK 18-23%
SK 9-10%
Protein
7.
Kaliandra (Calliandra callothyrsus )
Daun
Dilayukan
Dewasa
-
PK 18-23%
SK 9-10 %
Protein
8.
Daun Dadap (Eritrina litospermae)
Daun
Dilayukan
Muda
-
PK 18%
SK 8%
Energi
9.
Rami ( Boehmeria nivea )



Daun
Dilayukan
Muda
-
PK24,3%
SK 8%
Energi
10.
Daun Waru ( Hibiscus tileateus )
Daun
Dilayukan
Muda
-
PK 16-17%
SK 7%
Energi
11.



Padi (Oryza sativa )

Aerial
Dikeringkan
Dewasa/Tua
100 hari
PK 3,4 %
SK 33,8%
Energi
12.
Daun Murbey (Morus indica L
Daun
Dilayukan
Muda
-
PK 15 %
Energi
13.
Pepaya (Carica papaya
Daun
Dilayukan
Muda dan dewasa
-
PK 9-12%
SK 3-4%
Energi
14.
Pisang (Musa paradisiaca
)

 
Daun
Dilayukan
Muda dan dewasa
-
PK 8,36%
SK 14%
Energi
15.
Gamal ( Glisirida maculata )

Daun
Segar
Dewasa
-
PK 12-14%
SK 14-16%
Protein

Tabel 2.  Nomenklatur Bahan Pakan Konsentrat
No
Nama
Gambar
Asal
Proses
Sumber
Bagian
Grade
1.
Bungkil Kedelai
Kedelai
Digiling/Dipress
Protein
Biji
PK 42%
SK 6%
2.
Tepung Ikan



Ikan
Digiling,dikeringkan
Protein
Utuh
PK 61%
SK 5%
3.
Onggok
Singkong
Digiling, dipress, dikeringkan
Energi
Umbi ( tanpa kulit )
PK 2%
SK 10,8%
4.
Jagung pipilan
Jagung
Pipil, dijemur
Energi
Biji
PK 8,5% SK 2,5%
Vit.B
5.
Dedak Padi
Padi
Hasil penggilingan pertama
Energi
Kulit ari
PK 12 %
SK 11,0 %
6.
Tepung Limbah Soun
Ketela
Digiling, dikeringkan
Energi
Limbah pembuatan soun
Pk 20%
Sk 25%
7.
Tepung Cangkang Keong
Keong
Digiling, dikeringkan
Mineral
Cangkang
PK 15%
SK 0,08%
8.
Tepung Cangkang Kerang
Kerang
Digiling, dikeringkan
Mineral
Cangkang
PK 25-27%
9.
Tepung Kerabang telur
Kerabang Telur
Digiling, Dikeringkan
Mineral
Cangkang
PK 7,6%
SK 36,4%
Ca 18-20%
10.
Kapur
Batuan alam
Digiling, dikeringkan
Mineral
Batu-batuan
Vit.A
Ca 20-25%
11.
Fosfat alam
Batuan alam
Digiling
Mineral (fosfat)
Batu-batuan
Vit.B
Fosfat 60%
Ca 20-25%
12.
CuSO4
Batuan alam
Dipecahkan sampai halus
Mineral
Batu-batuan
Vit. B
13.
Molases
Tebu
Digiling/dipress
Energi
Batangnya
PK 4,2%
TDN 63%
Vit.B
14.
Feed Aditives
-
Dicampur, disintetis
Sumber Vitamin
Feed Aditives
Vit. A,D,E,K
15.
Millet
Tumbuhan Millet
Dikeringkan, dijemur
Energi
Biji-bijiannya
PK 12,6%
SK 2,4%
16.
Tepung Udang
Udang
Digiling, dikeringkan
Protein
Utuh
PK 22-23%

Tabel 3.  Pengenalan Alat
No
Nama
Gambar
Fungsi
1.
Labu Erlenmeyer
Menampung larutan

2.
Becker Glass
Menampung larutan
3.
Gelas Ukur
Menampung dan mengukur larutan
4.
Tabung Reaksi
Untuk mereaksikan larutan
5.
Cawan Porselin
Menampung sampel saat dioven dan ditanur
6.
Corong Kaca
Menuangkan larutan
7.
Labu Didih
Untuk menampungsampel/larutan diatas kompor saat pemanasan
8.
Labu Kjedahl
Untuk menampung sampel pada analisis PK
9.
Spatulla
Untuk mengambil Sampel
10.
Filler
Untuk mengambil/menyedot larutan
11.
Tang Penjepit
Untuk Mengambil Alat
12.
Tabung Soxhlet
Untuk ekstraksi LK
13.
Buckhlet
Untuk pembakaran saat GE
14.
Pipet Tetes
Untuk Mengambil Larutan
15.
Pipet Ukur
Mengambil larutan dengan skala tertentu
16.
Pipet Seukuran
Mengambil larutan dengan volume tertentu
17.
Buret dan statif
Untuk mentitrasi
18.
Timbangan Analitik
Menimbang Sampel
19.

Desikator
Menstabilkan Suhu
20.
Kertas saring
Untuk analisis SK, Membungkus Bahan
21.
Neraca O’hauss
Untuk menimbang
22.
Tanur
Untuk mengabukan
23.
Magnetik stirer
Mencampur larutan
24.
Destilator
Untuk mendestilasi
25.
Bom kalorimeter
Analisis GE
26.
Destruktor
Untuk mendestruksi
27.
Autoclave
Mensterilkan
28.
Kompor Llistrik
Memanaskan
29.
Kondensor
Mendinginkan dan menahan uap
30.
Waterbath
Memanaskan dan merefluk
31.
Oven
Menguapkan kadar air
32.
Pompa vaccum
Menyedot larutan yang ada diatasnya, ke erlenmeyer
33.
Pus-pus tinju
Untuk menyimpan aquadest



5.1.2.     Uji Fisik Bahan Pakan
5.1.2.1.  Sudut Tumpukan
Sampel (X1)     :           200 gram
Tinggi (t)           :           7,5  cm
Diameter (d)     :           19,5  cm
Tan α               = 2t/d
Tan α               = (2 x 15) : 19,5          
Tan α               =  0,76
α = 37,230

5.1.2.2.  Berat Jenis/BJ (Density)
BA (Berat Tabung)                                          = 114,7 gram
BB (Berat Tabung + dedak)                             = 143,6 gram
Bj          = Berat (B - A) : Volume
    =(143,6 - 114,7) : 100
    = 0,289  gr/ml

5.1.2.3.  Daya Ambang
DA
Jarak                =  1 meter
t                       =  3,92 s
DA                   =  1/ 3,92 = 0,25 m/s


5.1.2.4.  Luas Permukaan Spesifik
LPS
Berat   =          1  gram
Luas      =          33 cm2
LPS     = Luas : Berat Sampel
            = 33 cm2 : gram
LPS     =  33 cm2/gr


5.1.3.      Analisis  Proksimat
5.1.3.1.  Analisis Kadar Air
Berat cawan porselin (Y)        =  19,87 gram
Berat sampel (X)                    =  2,02 gram
Berat Oven (Z)                       =  21,70 gram
KA                                        =  (X + Y - Z) / Y x 100 %